Rokok kretek telah mendampingi kehidupan bermasyarakat di Indonesia sejak ratusan tahun lamanya.
Tercipta dari lintingan tangan para ahli, dari pedesaan hingga menjangkau kota-kota besar, seperti yang kita kenal dan cintai sekarang.
Sejarah ini berawal di Kudus pada tahun 1880, ketika Haji Jamhari mencampur cengkeh dengan tembakau.
Istilah 'kretek' sendiri diambil dari suara 'kemretek' yang dihasilkan oleh terbakarnya cengkeh saat akan dihisap.
Dari Kudus inilah, kemudian kretek dikenal dan mendunia. Indonesia menjadi salah satu pemimpin industri kretek secara global, karena memiliki kualitas tembakau dan cengkeh terbaik.
Rokok kretek terus berkembang dari generasi ke generasi.
Hadir di setiap suasana dan aktivitas masyarakat mulai dari desa hingga ke kota, rumah hingga perkantoran dan tempat-tempat hangout.
Hingga kini, kretek khas Kudus menjadi kearifan lokal, sebuah warisan rasa dan budaya yang tak terpisahkan dari keseharian masyarakat Indonesia.